Sedikit
tahu akan sesuatu menimbulkan berbagai pemikiran dari berbagai sisi. Bahayanya,
hingga menimbulkan asumsi. Semakin sempit suatu pemikiran maka sedikit
kemungkinan perbedaan yang ada dapat ditoleransi, sebaliknya, semakin luas
suatu pemikiran maka besar kemungkinan menghadapi perbedaan tanpa basa-basi.
Memang suatu perbedaan itu pasti ada dan tidak bisa dielak, bahkan sangat
dibutuhkan. Jika bumbu dapur adalah merica saja, maka sop ayam tidak bisa gurih
tanpa adanya garam, serupa dengan sayuran yang hanya bayam, maka tidak akan
pernah ada menu sop ayam, bukan?
Teringat
dengan suatu materi pada semester satu lalu yang mengulas arti sistem. Sistem
sendiri merupakan integrasi antar elemen maupun komponen yang saling terhubung
dengan tujuan yang sama. Mesin industri tidak dapat berfungsi atau tercipta jika
hanya terdapat satu jenis komponen mesin yang digunakan. Bahkan mobil
menggunakan komponen mesin yang berbeda-beda dengan tujuan output serupa sehingga terdapat adanya added value. Hal ini memberikan goresan sejarah bagi manusia dan
aktifitasnya.
Implementasi terdekat pada
kehidupan mahasiswa adalah organisasi. Untuk mencapai visi dan misi yang sudah
ditentukan, diperlukan keahlian dari berbagai bidang untuk mencapai tujuan,
tentunya tujuan yang sama meski memiliki macam keahlian yang masing-masing
dipisahkan dengan sebutan departemen. Banyak organisasi dengan value yang berbeda-beda. Penting adanya
memiliki value yang sesuai dengan
diri sendiri, tidak hanya sebagai alasan mempertebal CV. Dan disini saya ingin
memperkenalkan organisasi non-profit yang baru saja saya geluti, AIESEC
Surabaya.
![]() |
AIESEC Surabaya 17/18 |
Pada tanggal 12-15 Agustus lalu, saya yang mengambil posisi sebagai manajer, mengikuti sebuah konferensi di Solo, tepatnya di Sahid Kusuma Prince Hotel, yang mempunyai nama National Functional Summit. Tidak hanya management board namun executive board juga turut serta meramaikan berbagai agenda pada kegiatan ini. Pada masing-masing kamar sudah terdapat welcoming letter dari Conference Committee, susunan acara pun beragam pada tiap harinya, terdapat malam penghargaan saat gala night dan sesi materi lainnya. Tidak lupa dengan adanya sugar cube yang merupakan kotak surat masing-masing individu untuk saling bertukar pesan bahkan kartu nama antar local committee.
Kegiatan
ini menjadi suatu semangat bagi saya. Berkumpul bersama perangkat AIESEC dalam
skala nasional dan saling berbagi cerita maupun strategi untuk meraih target number masing-masing Local Committee.
Bukan jumlah yang sedikit, terdapat 28 Local Committee di Indonesia yang turut
serta bertukar pikiran atau bahkan sekedar saling menyemangati. Ya, memang
tidak mudah. Menyemangati layaknya memberi harapan, bisa sangat berarti bagi
seseorang –bahkan untuk suatu entiti.
![]() |
AIESEC Surabaya saat Gala Night |
Dikemas
dengan sangat apik, berbagai ide kreatif dituangkan untuk agenda-agenda yang
ada. Pada salah satu agenda, kami dihimbau untuk menggunakan kostum bertemakan
Hawaii, kemudian kawan-kawan yang mewakili tiap LC dilombakan pada AIESEC’s
Next Top Model. Malam yang sangat lucu hingga membawa hingar bingar tawa dan
geli menjadi satu. Rasanya tidak mau memikirkan deadline dahulu! Terutama jika lagu-lagu roll dance mulai dimainkan, satu lagu atau satu tarian tidak pernah
cukup.
Kembali
pada realita, seorang manajer memerlukan setidaknya satu staf untuk membantu
dalam realisasi strategi yang diberikan oleh vice president. Dimana dapat dikatakan, skill management people sangat dibutuhkan untuk seorang manajer.
Membangun sebuah relasi yang baik antara team
leader dan staf memerlukan kiat-kiat yang tidak sedikit. Disini, chair dan facilitators berjasa besar dalam membuka pikiran, tidak lupa berbagai
perspektif baru diberikan. Mereka menaruh senyum dengan memberikan keyakinan pada
harapan saya untuk bertahan. Bahwa semuanya memerlukan progress. Dan saya sedang dalam proses pengembangan diri lewat
berbagai pengalaman yang sudah saya dapat selama kurang lebih dua bulan sebagai
manajer. Saya bersyukur mendapatkan alasan untuk kembali fokus.
Mereka adalah chair Saheej dan pemateri Uzair dari India. Meski dari negara dan memiliki budaya yang berbeda, hal tersebut menjadikan pengalaman yang memberikan pelajaran bahwa kami masih bisa saling membantu, berdiskusi, dan bertukar pikiran lewat sesi-sesi yang diberikan terlepas dari keberagaman yang ada. Foto keempat adalah foto saya bersama Wigrha, National Head of Partnership Development AIESEC Indonesia, dimana saya sangat terinspirasi akan materi yang ia berikan sekaligus mengembalikan semangat akan posisi saya di AIESEC Surabaya.
Jika kembali pada struktur organisasi, pada masing-masing departemen akan terdapat berbagai relasi
manusia untuk bekerja sama, bahkan bermacam kepribadian. Hal ini lah yang
mendasari berbagai perbedaan cause-effect
antar relasi manusia. Bahkan teori dari Socrates menjelaskan kepribadian yang
dibaginya menjadi empat, yaitu: sanguinis, koleris, melankolis, dan pragmatis. Yang membuat saya mengambil kesimpulan bahwa, perbedaan itu tidak apa-apa, tinggal bagaimana masing-masing individu bersikap dalam menghadapinya. Jika tidak bisa bersatu, setidaknya bisa berjalan beriringan.
Namun, hal tersebut tidak akan pernah terjadi jika kita tidak dapat membuka pikiran akan perbedaan. Dengan memberikan sikap saling mengerti antar sesama. Dan berada disini, di lingkungan AIESEC, merupakan sebuah wadah pembelajaran untuk berkembang bagi saya melewati berbagai situasi kondisi yang lebih beragam. Dinamika masalah sudah banyak terjadi meski hanya dua bulan saya menjabat tapi saya berusaha untuk tidak menyerah. Semangat saya kembali ada dengan menanamkan 'why' dan value yang serupa, dimana biasa terlihat pada AIESEC Way, yang melatar belakangi kami untuk masih disini dan saya yang masih bertahan.